Kamis, 15 November 2007

Tari Dolalak Purworejo

Sejarah Kata DOLALAK oleh masyarakat Purworejo berasal dari kata do la la yaitu ucapan notasi lagu diatonis yang dinyanyikan oleh serdadu - serdadu Belanda dalam tangsi, yang dominan dinyanyikan sambil menari - nari. Ucapan do la la yaitu dari lagu 1 - 6 - 6, oleh orang - orang Purworejo yang dekat dengan tangsi ditirukan menjadi dolalak, trmasuk meniru gerakan dan motif busana yang dipakai serdadu Belanda yang akhirnya menjadi kesenian rakyat Purworejo.
Asal -Usul kesenian dolalak konon ditemukan oleh 3 santri yang masih bersaudara yang menirukan gerak yang ditarikan serdadu Belanda. Mereka itu adalah Rejotaruno, Duliyat,dan Ronodimejo. Kira - kira pada tahun 1925 ketiga santri itu bersama masyarakat yang pernah menjadi serdadu Belanda membentuk Kesenian dolalak.
Awalnya kesaenian dolalak tidak diiringi dengan instrumen musik namun cukup dengan vokal yang dinyanyikan silih berganti oleh para penari secar bergantian. Perkembangan selanjutnya masyarakt mulai menyukai kesenian tersebut, dan selanjutnya tarian dolalak diberi instrumen iringan dengan lagu - lagu tembang jawa dan lagu solawatan. memasuki dasawarsa ke- 5.
Abad XX kesenian dolalak ditarikan oleh kaum pria dan terbatas wilayah tertentu. Namun memasuki dasawarsa ke- 7 abad XX, pertunjukan dolalak sudah boleh ditarikan oleh wanita. Dan penyebaranya sudah meluas sampai seluruh wilayah Purworejo. Dimulai dari desa Kaligoro terus merembes ke daerah Kaligesing dan hampir diseluruh wiyah kecamatan kaligesing timbul kesenian dolalak.
Berangkat dari kecamatan Keligesing, kesenian dolalak berkembang masuk sampai kota purworejao dan menjadi tontonan / pertunjukan rakyat kota yang menarik dan sangat digemari oleh penduduk kota Purworejo.
Semua lapisan masyarkat se-Kabupaten Purworejo menilai bahwa pertunjukan tarian dolalak merupaka pertunjukan rakyat yang sehat. Masyarakat dan pemarintah senatiasa berupaya melestarikan, mengembangkan, meningkatkan, dan menyebarluaskan kesenian dolalak sesuai dan selaras dengan kemajuan jaman. Kesenian dolalak merupakan sarana dan media pengumpulan masa, sekaligus sebagai hiburan yang sehat, murah dan meriah.
Iringan instrumen musik adalah beduk, terbang, kendang , kecer, kentongn, pianika / organ, tata busana penari memakai kaos kaki dan topi pet berikut slempang yang sudah dimodifikasi sesuai penari yang dewasa ini sudah tidak ditarikan oleh pria lagi tetapi wanita.
Syair lagu menggunakan bahasa indonesia dan jawa yang romantis. Properti penari biasanya kaca mata hitam dan digunnakan penari wanita saat trace / kemasukan / mendem agar penari tampak cantik dan trendy. pengguanaan sledang awalnya hanya di lilitkan pada pinggang namun sekarang sudah menggunakan sampur cendala giri yang di ikatkan di depan dan merupakan alat sabet kanan / kiri lazimnya orang menari.
Kesenian dolalak merupakan hiburan / tontonan yang meriah dan senantiasa menjadi kebanggaan masyarakat Purworejo. faktor pendukung dari adanya tarian dolalak wanita adalah baik kalangan pejabat, perangkat, kaya, miskin, agama, umur, pedagang, petani, remaja, pelajar, mahasiswa, laki - laki, maupun wanita sangat menyukai tari dolalak tersebut. Sedang faktor pemghambat dari masyarakat sangat tipis karena petunjukan kesenian dolalak sangat diminati penonton bahkan kuat sampai semalan suntuk sama halnya dengan wayang.

Menjadi Cahaya Kecil

Menjadi Cahaya Kecil Membakar Diri Demi Menerangi Generasi Oleh: [Agus Panca Sulistyono, Pembina Pramuka dan Pendidik Karakter] “Pendidikan ...