Kamis, 02 Maret 2023

Rabu, 01 Maret 2023

materi diskusi kelompok kelas x mapel DDO

Berikut adalah materi yang tersaji berdasarkan kelompok belajar, masing-masing kelompok diwajibkan membahas dan menampilkan secara keseluruhan materi, sehingga diskusi dapat tersaji dengan baik. adapun materinya sebagai berikut.; 

KELOMPOK 1

1.1 mesin

1.2 perawatan

KELOMPOK 2

2.1 bahan bakar

2.2 emisi

2.3 intake exhaust

2.4 pelumasan


KELOMPOK 3

3.1 pendinginan

3.2 kopling

3.3 starting

KELOMPOK 4

4.1 gardan

4.2 propeler

4.3 handling

KELOMPOK 5

5.1 ban

5.2 rem lain

5.3 rem depan

5.4 rem belakang

5.5 rem parkir

KELOMPOK 6

6.1 baterai

6.2 ac

6.3 pintu

6.4 eksterior

6.5 interior


" selamat belajar "





Kamis, 23 Februari 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi Agus Panca Sulistyono

 

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Agus Panca Sulistyono

CGP Angkatan 7 Kab. Purworejo

SMK N 8 Purworejo

 

Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2000) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk  memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Pembelajaran berdiferensiasi juga bisa diartikan sebagai serangkaian keputusan yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid yang diantaranya adalah kesiapan, minat, dan profil belajar murid

Pembelajaran berdiferensiasi adalah bersikap proaktif, di dalam kelas guru memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, sehingga guru secara proaktif akan merencanakan berbagai macam cara atau teknik untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut.

Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian, dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian bukanlah sesuatu yang mendominasi pada akhir sesi pembelajaran, namun penilaian secara rutin dilakukan pada awal untuk menentukan kebutuhan khusus individu terkait dengan tujuan. Penilaian juga berlangsung sepanjang proses pembelajaran dengan berbagai macam tehnik, guru menilai siswa berdasarkan tingkat kesiapan, minat dan cara belajarnya, kemudian guru mendesain pengalaman belajar yang bisa mendukung pemahaman. Penilaian akhir dilakukan guru sebagai bahan atau cara siswa mendemonstrasikan pemahaman terhadap apa yang telah siswa pelajari.

Pembelajaran Berdiferensiasi menyediakan berbagai macam variasi strategi pada konten, proses dan produk. Dengan memvariasikan ketiga bagian ini dalam proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan belajar setiap murid, maka murid dapat mencapai kemerdekaan dan kesuskesan dalam belajarnya.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar setiap individu, sehingga bisa belajar sesuai dengan profil belajar, minat dan juga kesiapannya, dan guru berperan melakukan pembimbingan dengan memvariasikan scaffolding atau bantuan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar setiap siswa tersebut.

Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

  1. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid serta memastikan setiap murid mengetahui selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid sehingga diharapkan memudahkan guru mendesain strategi diferensiasi yang tepat.
  3. Penilaian yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari awal, sepanjang proses dan akhir proses pembelajaran
  4. Bagaimana merespon kebutuhan belajar murid yang berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
  5. Manajemen kelas yang efektif untuk memperhatikan, membangkitkan minat, dan memelihara perilaku murid dalam belajar. 

 

 

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

A.   Menjalankan Pemetaan Kebutuhan Belajar berdasar 3 Aspek kesiapan belajar

1.   Kesiapan

Dimana kita dapat menentukan bagaimana kesiapan siswa dalam menerima materi dari cepat/lambatnya, keabstrakan/kekonkretan , dan dalam melaksanakan pekerjaan

2.   Minat

Dimana kita dapat memilah kecocokan cara belajar, menjembatani dalam belajar, mengkoneksikan pembelajaran, dan memotivasi murid

3.   Profil belajar murid

Berakar dari lingkungan belajar, gaya belajar, dan pengaruh lingkungan/budaya

B.   Merencanakan Strategi Diferensiasi

1.   Diferensiasi konten

Diferensiasi konten mencakup materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasar kurikulum.

penerapan diferensiasi konten

a.       Menyiapkan materi yang akan diajarkan dalam beragam format, misal buku, poster, video, ppt, audio, dll

b.      Memberikan teks yang lebih mudah dipelajari oleh murid yang kesulitan memahami konsep

c.       Memecah materi yang banyak menjadi bagian kecil sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami murid

d.      Memberikan teks bacaan yang beragam.

2.   Diferensiasi proses

Kegiatan Mengacu pada bagaimana murid memahami materi yang dipelajari dan memaknai konten yang diajarkan.

Diferensiasi proses, dapat dilakukan dengan cara:

a.       Dengan menggunakan kegiatan yang berjenjang, dimana semua murid membangun pemahaman dan ketrampilan yang sama,  namun dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, dengan kompleksitas atau bantuan yang berbeda. Contoh : murid mampu bekerja dengan pertanyaan pemandu, sehingga murid harus diberikan contoh yang berkelanjutan secara isntensif.

b.      Membuat kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan materi yang baru pada murid yang mengalami kesulitan

c.       Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih materi berdasar kepahaman masing-masing dalam mempelajarinya

d.      Memberikan pilihan berdasar minat.

3.   Diferensiasi Produk

Mengacu pada hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh murid atau ada wujudnya, misalnya dalam bentuk, karangan ,tulisan, pertunjukan, presentasi, pidato, hasil tes, dan sebagainya. Yang terpenting produk, mencerminkan pemahaman murid dan  berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Diferensiasi produk  meliputi 2 hal yaitu

a.       Murid yang memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan mengenai konten intimateri, yang cukup dapat membuat presentasi, untuk yang mahir dapat membuat inovasi yang lebih kompleks

b.       Memberikan murid pilihan bagaimana mengekspresikan pemahaman terkait materi yang diajarkan

C.   Mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran

1.   Penilaian yang berkelanjutan berdasar fase murid

2.   Memberikan umpan balik positif pada murid supaya murid lebih percaya diri terutama pada murid yang kurang.

3.   Peluang dalam menentukan kualitas pembelajaran

Sebagai guru, kita harus mengakomodir perbedaan Murid karena setiap murid memiliki latar belakang dan minat yang berbeda, belajar dengan kecepatan belajar yang berbeda baik dari segi tingkat dan kecepatan, maupun tingkat kesiapan belajar yang berbeda. Setiap siswa juga memiliki perbedaan cara berpikir, ada yang sudah berpikir lebih konkret, namun ada juga yang sudah berpikir abstrak, ada yang sudah mampu mandiri dalam belajar namun ada juga yang belum mampu mandiri dan masih butuh banyak bantuan. Jadi jelas, tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, dengan memetakan kebutuhan belajar siswa, maka kita bisa memvariasikan strategi dalam pembelajaran, dan memvariasikan bantuan atau scaffolding yang diberikan kepada murid

 

Kaitan Dengan Materi Lain dalam Modul Guru Penggerak

Filosofi Ki Hadjar Dewantara Modul 1.1

Menurut Ki hadjar Dewantara, Setiap anak adalah makhluk yang memiliki kodrat masing-masing didalam dirinya, dan pendidikan berperan penting dalam menuntun anak untuk mencapai kekuatan kodratnya. Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodratnya.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Nilai-nilai guru penggerak yang meliputi nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan nilai yang berpihak pada murid, merupakan modal utama seorang guru yang harus dimiliki, sehingga dengan nilai-nilai tersebut seorang guru penggerak diharapkan mampu mengemban peran guru penggerak yang salah satunya adalah menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus memfokuskan pada pembelajaran yang berpihak pada murid dengan secara mandiri, reflektif, kolaboratif, dan berinovasi dalam mendesain dan menerapkan ragam variasi strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Dalam modul tersebut, kita diajak untuk menggali pemahaman kita tentang apa arti sebuah visi. Beberapa tahapan tersebut yaitu merancang visi mengenai impian di masa depan oleh guru penggerak. Dimana visi tersebut menjadi cita-cita guru dalam menentukan program dan strategi pembelajaran untuk membentuk peserta didik seperti yang diharapkan. Sehingga pada pembelajaran berdiferensiasi ini kita dapat mengaplikasikan keinginan kita untuk membawa murid kita mewujudkan visi yang sudah kita buat.

Modul 1.4 Budaya Positif

Penerapan budaya positif di dalam ruang kelas terutama disiplin positif, membuat kesepakatan kelas dan menerapkan kontrol guru manager, maka akan dapat mewujudkan terbentuknya komunitas belajar yang mendukung ekosistem belajar yang berdiferensiasi. Dengan menjadikan pemetaan kebutuhan belajar murid sebagai sebuah rutinitas yang selalu dilakukan guru, sehingga bisa mewujudkan variasi strategi dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, dan konsistensi pembelajaran berdiferensiasi bisa terus di lakukan.

 

Jumat, 20 Januari 2023

Artikel Desiminasi Aksi Nyata Budaya Positif Di sekolah

 

Artikel Aksi Nyata modul 1.4

Budaya Positif Di Sekolah

Agus Panca Sulistyono

CGP angkatan 7 Kabupaten Purworejo

SMK Negeri 8 Purworejo

 

  1. Latar Belakang

Sekolah idaman adalah sekolah yang mampu menciptakan kenyaman dan memberikan kemerdekaan untuk hidup dan berkembang bagi peserta didik sesuai kodratnya. Sekolah tersebut terhindar dari segala macam bentuk penindasan, bulliying, kekerasan dan pemaksaan terhadap warga sekolah khususnya peserta didik. Sekolah tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan suasana yang penuh dengan kehamonisan dan pembiasaan positif.

Sekolah harus berusaha menciptakan iklim pendidikan yang mampu membiasakan setiap warganya khususnya peserta didik melakukan budaya positif. Budaya yang mengakar kuat dan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan sadar oleh setiap warga sekolah. Semua pihak harus terlibat dalam pembiasaan positif tersebut. Pembiasaan positif yang merupakan budaya positif akan menjadi budaya sekolah. Budaya yang dipegang teguh oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kekhasan dari sekolah tersebut. Budaya tersebut harus terintegrasi dalam seluruh kegiatan sekolah, baik dalam pra pembelajaran, proses pembelajaran ataupun di luar kelas seperti dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pertanyaannya adalah bagaimana budaya positif dapat tumbuh dan tertanam dalam proses pembelajaran?, bagaimana budaya positif dapat terbiasa dilakukan dalam kegiatan ekastrakurikuler?. Harapannya jika budaya positif mengakar dalam diri setiap peserta didik, maka secara tercipta profil pelajar pancasila sehingga terbentuk karakter-karakter positif yang mampu menumbuhkan budaya positif di sekolah secara berkesinambungan.

Budaya positip adalah kayakinan dan nilai yang disepakati yang menjadi kebiasaan bersama yang akan dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu pembiasaan. Selama ini kesadaran akan penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut hadiah dan hukuman. Tanpa adanya budaya positif maka akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi peserta didik. Pembiasaan yang positif diawali dari diri sendiri dan lingkungan rumah.

Bagaimana membangun budaya positif di sekolah? Pembiasaan kata kuncinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan wajib hukumnya menyemai bibit-bibit kebudayaan ini. Sekolah bertanggungjawab penuh mewujudkan apa yang dimaksud dengan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Budaya positif di sekolah tentu saja akan mendukung terbentuknya budaya belajar di sekolah. Norma-norma baik yang disuntikkan guru kepada murid akan semakin menguatkan, mengokohkan kepribadian murid sehingga murid tidak saja cerdas secara akademik tetapi juga santun secara moral. Dengan demikian, Profil Pelajar Pancasila (PPP) yang diidam-idamkan bisa diwujudkan. Pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.

 

  1. Tujuan

1.   Menumbuhkan budaya positif di sekolah

2.   Menumbuhkan nilai pelajar pancasila pada diri peserta didik

3.   Membiasakan peserta didik untuk menerapkan budaya positif dan mengambangkan karakter profil pelajar pancasila

  1. Tolok Ukur

1.   Peserta didik mampu menumbuhkan kesepakatan kelas dalam pembentukan budaya positif

2.   Peserta didik mampu mengaplikasikan nilai profil pelajar pancasila dalam kegiatan belajar mengajar

3.   Peserta didik mampu menumbukan karakter budaya positif dan profil pelajar pancasila dalam kehidupan sehari-hari

  1. Linimasa tindakan

1.    Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan terkait disiplin positif, kesepakatan kelas dan profil pelajar pancasila.

2.    Guru menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya kesepakatan kelas.

3.    Guru memfasilatasi peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas.

4.    Sosialisasi kepada seluruh peserta didik baru tentang pentingnya menumbuhkan nilai pelajar pancasila.

5.    Menumbuhkan, menanamkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar pancasila.

  1. Pelaksanaan Aksi Nyata

1.   Merancang koordinasi dengan pihak sekolah yaitu kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa tentang Budaya Positif

2.   Melaksanakan sosialisasi di ruang conferensi google meet bersama rekan sejawat SMK Negeri 8 Purworejo

3.   Melaksanakan aksi nyata membuat kesepakatan kelas di kelas x TKR D, siswa menulis kesepakatan dan di komunikasikan dengan guru, selanjutnya didiskusikan bersama di kelas. Kesepakatan yang di tulis di tempelkan pada kertas yang sudah disediakan guru. Kesepakatan kelas di jadikan keyakinan kelas.

4.   Uraian kesepakatan antara lain :

a.    Kami saling menghormati

b.   Kami saling menyayangi

c.    Kami aktif dalam pembelajaran

d.   Kami menyelesaikan tugas tepat waktu

e.    Kami menjaga kebersihan kelas

f.     Kami semangat dalam pembelajaran

g.    Kami taat aturan sekolah

h.   Menguatkan karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

i.     Menguatkan karakter mandiri dari pembiasaan literasi.

j.     Menguatkan karakter gotong royong dan peduli dari kegiatan kebersihan kelas.

k.   Menguatkan karakter tanggung jawab dengan mentaati aturan sekolah.

l.     Menguatkan karakter bernalar kritis dan kreatif. 

  1. Pembelajaran Yang Di Dapat Dari Pelaksanaan

1.   Kesepakatan kelas akan menjadi keyakinan kelas dan menjadi motivasi yang muncul dari diri siswa dalam menerapkan budaya positif.

2.   Adanya dukungan dari sekolah dalam pembiasaan pembentukan karakter siswa.

3.   Disiplin positif mulai tertanam pada diri siswa.

4.   Melalui pembelajaran yang berpihak pada siswa, menumbuhkan budaya positif bernalar kritis dan kreatif. Siswa berinovasi dalam memahami pembelajaran

  1. Refleksi

1.   Memunculkan motivasi namun membutuhkan proses yang berkelanjutan

2.   Dengan kesepakatan kelas siswa lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan budaya positif.

3.   Pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada anak melalui proses menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan melalui budaya positif, pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan karakter positif bagi siswa.

4.   Perubahan mindset pendidikan pada siswa untuk membangun karakter yang lebih baik

 

  1. Evaluasi

1.   Dalam praktek langsung ada sedikit hambatan karena masih terbawa konsep lama dan kata-kata yang diungkapkan belum sepenuhnya bersikap seperti manager.

2.   Harapan kedepan sebagai guru harus cepat tanggap dan berusaha menjadi manager dalam menuntun anak dalam budaya positif.

3.   Perlu peningkatan kolaborasi dengan rekan sejawat agar kesepakatan kelas benar-benar dapat di laksanakan di semua kelas, sehingga budaya positif melalui kesepakatan kelas dapat terwujud di sekolah.

4.   Pembiasaan disiplin positif yang sudah ada di sekolah perlu dukungan berkelanjutan agar terbentuk karakter positif dan visi impian mewujudkan siswa dengan profil pelajar Pancasila tercapai.

 

Dokumentasi Kegiatan Desiminasi Rekan Sejawat

video desiminasi

Menjadi Cahaya Kecil

Menjadi Cahaya Kecil Membakar Diri Demi Menerangi Generasi Oleh: [Agus Panca Sulistyono, Pembina Pramuka dan Pendidik Karakter] “Pendidikan ...