berikut adalah general informasi untuk pembelajaran siswa kelas x terkait dengan informasi kendaraan isuzu.
Kamis, 02 Maret 2023
Rabu, 01 Maret 2023
materi diskusi kelompok kelas x mapel DDO
Berikut adalah materi yang tersaji berdasarkan kelompok belajar, masing-masing kelompok diwajibkan membahas dan menampilkan secara keseluruhan materi, sehingga diskusi dapat tersaji dengan baik. adapun materinya sebagai berikut.;
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
KELOMPOK 5
KELOMPOK 6
" selamat belajar "
Kamis, 23 Februari 2023
Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi Agus Panca Sulistyono
Koneksi Antar
Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Agus Panca
Sulistyono
CGP Angkatan 7
Kab. Purworejo
SMK N 8
Purworejo
Definisi Pembelajaran
Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2000) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid.
Pembelajaran berdiferensiasi juga bisa diartikan sebagai serangkaian
keputusan yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid yang
diantaranya adalah kesiapan, minat, dan profil belajar murid
Pembelajaran berdiferensiasi adalah bersikap proaktif, di dalam kelas guru
memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, sehingga
guru secara proaktif akan merencanakan berbagai macam cara atau teknik untuk
memenuhi kebutuhan murid tersebut.
Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian, dalam pembelajaran
berdiferensiasi, penilaian bukanlah sesuatu yang mendominasi pada akhir sesi
pembelajaran, namun penilaian secara rutin dilakukan pada awal untuk menentukan
kebutuhan khusus individu terkait dengan tujuan. Penilaian juga berlangsung
sepanjang proses pembelajaran dengan berbagai macam tehnik, guru menilai siswa
berdasarkan tingkat kesiapan, minat dan cara belajarnya, kemudian guru
mendesain pengalaman belajar yang bisa mendukung pemahaman. Penilaian akhir
dilakukan guru sebagai bahan atau cara siswa mendemonstrasikan pemahaman
terhadap apa yang telah siswa pelajari.
Pembelajaran Berdiferensiasi menyediakan berbagai macam variasi strategi
pada konten, proses dan produk. Dengan memvariasikan ketiga bagian ini dalam
proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan belajar setiap murid, maka murid
dapat mencapai kemerdekaan dan kesuskesan dalam belajarnya.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada
pemenuhan kebutuhan belajar setiap individu, sehingga bisa belajar sesuai
dengan profil belajar, minat dan juga kesiapannya, dan guru berperan melakukan
pembimbingan dengan memvariasikan scaffolding atau bantuan belajar sesuai
dengan kebutuhan belajar setiap siswa tersebut.
Ciri Pembelajaran
Berdiferensiasi
- Menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung murid serta memastikan setiap murid
mengetahui selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan
murid sehingga diharapkan memudahkan guru mendesain strategi diferensiasi
yang tepat.
- Penilaian yang berkelanjutan, mencakup penilaian yang dilakukan dari
awal, sepanjang proses dan akhir proses pembelajaran
- Bagaimana merespon kebutuhan belajar murid yang berkaitan dengan
penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
- Manajemen kelas yang efektif untuk memperhatikan, membangkitkan minat,
dan memelihara perilaku murid dalam belajar.
Penerapan Pembelajaran
Berdiferensiasi
A.
Menjalankan Pemetaan Kebutuhan Belajar berdasar 3 Aspek kesiapan belajar
1. Kesiapan
Dimana kita dapat menentukan bagaimana kesiapan siswa dalam menerima materi
dari cepat/lambatnya, keabstrakan/kekonkretan , dan dalam melaksanakan
pekerjaan
2. Minat
Dimana kita dapat memilah kecocokan cara belajar, menjembatani dalam
belajar, mengkoneksikan pembelajaran, dan memotivasi murid
3. Profil belajar murid
Berakar dari lingkungan belajar, gaya belajar, dan pengaruh
lingkungan/budaya
B.
Merencanakan Strategi Diferensiasi
1. Diferensiasi konten
Diferensiasi konten mencakup materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan
yang perlu dipelajari murid berdasar kurikulum.
penerapan diferensiasi konten
a. Menyiapkan materi yang akan diajarkan dalam beragam format, misal buku,
poster, video, ppt, audio, dll
b. Memberikan teks yang lebih mudah dipelajari oleh murid yang kesulitan
memahami konsep
c. Memecah materi yang banyak menjadi bagian kecil sehingga lebih mudah
dipelajari dan dipahami murid
d. Memberikan teks bacaan yang beragam.
2. Diferensiasi proses
Kegiatan Mengacu pada bagaimana
murid memahami materi yang dipelajari dan memaknai konten yang diajarkan.
Diferensiasi proses, dapat dilakukan dengan cara:
a. Dengan menggunakan kegiatan yang berjenjang, dimana semua murid membangun
pemahaman dan ketrampilan yang sama, namun dilakukan dengan berbagai
tingkat dukungan, dengan kompleksitas atau bantuan yang berbeda. Contoh : murid
mampu bekerja dengan pertanyaan pemandu, sehingga murid harus diberikan contoh
yang berkelanjutan secara isntensif.
b. Membuat kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan materi yang baru pada
murid yang mengalami kesulitan
c. Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih materi berdasar kepahaman
masing-masing dalam mempelajarinya
d. Memberikan pilihan berdasar minat.
3. Diferensiasi Produk
Mengacu pada hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh
murid atau ada wujudnya, misalnya dalam bentuk, karangan ,tulisan, pertunjukan,
presentasi, pidato, hasil tes, dan sebagainya. Yang terpenting produk,
mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Diferensiasi produk meliputi 2 hal yaitu
a. Murid yang memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan mengenai konten
intimateri, yang cukup dapat membuat presentasi, untuk yang mahir dapat membuat
inovasi yang lebih kompleks
b. Memberikan murid pilihan bagaimana mengekspresikan pemahaman terkait materi
yang diajarkan
C.
Mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran
1. Penilaian yang berkelanjutan berdasar fase murid
2. Memberikan umpan balik positif pada murid supaya murid lebih percaya diri
terutama pada murid yang kurang.
3. Peluang dalam menentukan kualitas pembelajaran
Sebagai guru, kita harus mengakomodir perbedaan Murid karena setiap murid
memiliki latar belakang dan minat yang berbeda, belajar dengan kecepatan
belajar yang berbeda baik dari segi tingkat dan kecepatan, maupun tingkat kesiapan
belajar yang berbeda. Setiap siswa juga memiliki perbedaan cara berpikir, ada yang
sudah berpikir lebih konkret, namun ada juga yang sudah berpikir abstrak, ada
yang sudah mampu mandiri dalam belajar namun ada juga yang belum mampu mandiri
dan masih butuh banyak bantuan. Jadi jelas, tidak semua siswa belajar dengan
cara yang sama, dengan memetakan kebutuhan belajar siswa, maka kita bisa
memvariasikan strategi dalam pembelajaran, dan memvariasikan bantuan atau
scaffolding yang diberikan kepada murid
Kaitan Dengan Materi
Lain dalam Modul Guru Penggerak
Filosofi Ki Hadjar Dewantara Modul 1.1
Menurut Ki hadjar Dewantara, Setiap anak adalah makhluk yang memiliki kodrat
masing-masing didalam dirinya, dan pendidikan berperan penting
dalam menuntun anak untuk mencapai kekuatan kodratnya. Pembelajaran
berdiferensiasi yang dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan
individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodratnya.
Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Nilai-nilai guru penggerak yang meliputi nilai mandiri, kolaboratif,
reflektif, inovatif dan nilai yang berpihak pada murid, merupakan modal utama
seorang guru yang harus dimiliki, sehingga
dengan nilai-nilai tersebut seorang guru penggerak diharapkan mampu mengemban peran guru penggerak yang salah
satunya adalah menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran,
guru harus memfokuskan pada pembelajaran yang berpihak pada murid dengan secara
mandiri, reflektif, kolaboratif, dan berinovasi dalam mendesain dan menerapkan
ragam variasi strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap
muridnya.
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Dalam modul tersebut, kita
diajak untuk menggali pemahaman kita tentang apa arti sebuah visi. Beberapa
tahapan tersebut yaitu merancang visi mengenai impian di masa depan oleh guru
penggerak. Dimana visi tersebut menjadi cita-cita guru dalam menentukan program
dan strategi pembelajaran untuk membentuk peserta didik seperti yang diharapkan.
Sehingga pada pembelajaran berdiferensiasi ini kita dapat mengaplikasikan
keinginan kita untuk membawa murid kita mewujudkan visi yang sudah kita buat.
Modul 1.4 Budaya Positif
Penerapan budaya positif di dalam ruang kelas terutama disiplin positif,
membuat kesepakatan kelas dan menerapkan kontrol guru manager, maka akan dapat
mewujudkan terbentuknya komunitas belajar yang mendukung ekosistem belajar yang
berdiferensiasi. Dengan menjadikan pemetaan kebutuhan belajar murid sebagai
sebuah rutinitas yang selalu dilakukan guru, sehingga bisa mewujudkan variasi strategi
dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, dan konsistensi pembelajaran
berdiferensiasi bisa terus di lakukan.
Jumat, 20 Januari 2023
Artikel Desiminasi Aksi Nyata Budaya Positif Di sekolah
Artikel
Aksi Nyata modul 1.4
Budaya Positif Di Sekolah
Agus
Panca Sulistyono
CGP angkatan 7 Kabupaten
Purworejo
SMK Negeri 8 Purworejo
- Latar
Belakang
Sekolah idaman adalah sekolah yang
mampu menciptakan kenyaman dan memberikan kemerdekaan untuk hidup dan
berkembang bagi peserta didik sesuai kodratnya. Sekolah tersebut terhindar dari
segala macam bentuk penindasan, bulliying, kekerasan dan pemaksaan terhadap
warga sekolah khususnya peserta didik. Sekolah tersebut akan berusaha sekuat
tenaga untuk menciptakan suasana yang penuh dengan kehamonisan dan pembiasaan
positif.
Sekolah harus berusaha menciptakan
iklim pendidikan yang mampu membiasakan setiap warganya khususnya peserta didik
melakukan budaya positif. Budaya yang mengakar kuat dan menjadi sebuah
kebiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan sadar oleh setiap warga sekolah.
Semua pihak harus terlibat dalam pembiasaan positif tersebut. Pembiasaan
positif yang merupakan budaya positif akan menjadi budaya sekolah. Budaya yang dipegang
teguh oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kekhasan dari sekolah tersebut.
Budaya tersebut harus terintegrasi dalam seluruh kegiatan sekolah, baik dalam
pra pembelajaran, proses pembelajaran ataupun di luar kelas seperti dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Pertanyaannya adalah bagaimana budaya positif dapat
tumbuh dan tertanam dalam proses pembelajaran?, bagaimana budaya positif dapat
terbiasa dilakukan dalam kegiatan ekastrakurikuler?. Harapannya jika budaya
positif mengakar dalam diri setiap peserta didik, maka secara tercipta profil
pelajar pancasila sehingga terbentuk karakter-karakter positif yang mampu
menumbuhkan budaya positif di sekolah secara berkesinambungan.
Budaya positip adalah kayakinan dan
nilai yang disepakati yang menjadi kebiasaan bersama yang akan dilakukan secara
terus menerus sehingga menjadi suatu pembiasaan. Selama ini kesadaran akan
penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dimana pembiasaan
positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut hadiah dan
hukuman. Tanpa adanya budaya positif maka akan sulit melakukan pendidikan
karakter bagi peserta didik. Pembiasaan yang positif diawali dari diri sendiri
dan lingkungan rumah.
Bagaimana membangun budaya positif di
sekolah? Pembiasaan kata kuncinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan wajib
hukumnya menyemai bibit-bibit kebudayaan ini. Sekolah bertanggungjawab penuh
mewujudkan apa yang dimaksud dengan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Budaya positif di sekolah tentu saja akan
mendukung terbentuknya budaya belajar di sekolah. Norma-norma baik yang
disuntikkan guru kepada murid akan semakin menguatkan, mengokohkan kepribadian
murid sehingga murid tidak saja cerdas secara akademik tetapi juga santun
secara moral. Dengan demikian, Profil Pelajar Pancasila (PPP) yang
diidam-idamkan bisa diwujudkan. Pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
- Tujuan
1.
Menumbuhkan budaya positif di sekolah
2.
Menumbuhkan nilai pelajar pancasila pada
diri peserta didik
3.
Membiasakan peserta didik untuk
menerapkan budaya positif dan mengambangkan karakter profil pelajar pancasila
- Tolok
Ukur
1.
Peserta didik mampu menumbuhkan
kesepakatan kelas dalam pembentukan budaya positif
2.
Peserta didik mampu mengaplikasikan
nilai profil pelajar pancasila dalam kegiatan belajar mengajar
3.
Peserta didik mampu menumbukan
karakter budaya positif dan profil pelajar pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
- Linimasa
tindakan
1. Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru,
peserta didik, dan tenaga kependidikan terkait disiplin positif, kesepakatan
kelas dan profil pelajar pancasila.
2. Guru menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya kesepakatan kelas.
3. Guru memfasilatasi peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas.
4. Sosialisasi kepada seluruh peserta didik baru tentang pentingnya
menumbuhkan nilai pelajar pancasila.
5. Menumbuhkan, menanamkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar
pancasila.
- Pelaksanaan
Aksi Nyata
1.
Merancang koordinasi dengan pihak
sekolah yaitu kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa tentang Budaya Positif
2.
Melaksanakan
sosialisasi di ruang conferensi google meet bersama rekan sejawat SMK Negeri 8
Purworejo
3.
Melaksanakan
aksi nyata membuat kesepakatan kelas di kelas x TKR D, siswa menulis
kesepakatan dan di komunikasikan dengan guru, selanjutnya didiskusikan bersama
di kelas. Kesepakatan yang di tulis di tempelkan pada kertas yang sudah
disediakan guru. Kesepakatan kelas di jadikan keyakinan kelas.
4.
Uraian
kesepakatan antara lain :
a.
Kami
saling menghormati
b.
Kami
saling menyayangi
c.
Kami
aktif dalam pembelajaran
d.
Kami
menyelesaikan tugas tepat waktu
e.
Kami
menjaga kebersihan kelas
f.
Kami
semangat dalam pembelajaran
g.
Kami taat
aturan sekolah
h.
Menguatkan
karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
i.
Menguatkan
karakter mandiri dari pembiasaan literasi.
j.
Menguatkan
karakter gotong royong dan peduli dari kegiatan kebersihan kelas.
k.
Menguatkan
karakter tanggung jawab dengan mentaati aturan sekolah.
l.
Menguatkan
karakter bernalar kritis dan kreatif.
- Pembelajaran Yang Di Dapat Dari Pelaksanaan
1.
Kesepakatan
kelas akan menjadi keyakinan kelas dan menjadi motivasi yang muncul dari diri
siswa dalam menerapkan budaya positif.
2.
Adanya
dukungan dari sekolah dalam pembiasaan pembentukan karakter siswa.
3.
Disiplin
positif mulai tertanam pada diri siswa.
4.
Melalui
pembelajaran yang berpihak pada siswa, menumbuhkan budaya positif bernalar
kritis dan kreatif. Siswa berinovasi dalam memahami pembelajaran
- Refleksi
1. Memunculkan motivasi namun membutuhkan
proses yang berkelanjutan
2. Dengan kesepakatan kelas siswa lebih
bertanggung jawab dalam pelaksanaan budaya positif.
3. Pendidikan dan pengajaran yang berpihak
pada anak melalui proses menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan melalui budaya positif, pembelajaran
yang menarik akan menumbuhkan karakter positif bagi siswa.
4. Perubahan mindset pendidikan pada siswa
untuk membangun karakter yang lebih baik
- Evaluasi
1. Dalam praktek langsung ada sedikit
hambatan karena masih terbawa konsep lama dan kata-kata yang diungkapkan belum
sepenuhnya bersikap seperti manager.
2. Harapan kedepan sebagai guru harus cepat
tanggap dan berusaha menjadi manager dalam menuntun anak dalam budaya positif.
3. Perlu peningkatan kolaborasi dengan
rekan sejawat agar kesepakatan kelas benar-benar dapat di laksanakan di semua
kelas, sehingga budaya positif melalui kesepakatan kelas dapat terwujud di
sekolah.
4. Pembiasaan disiplin positif yang sudah
ada di sekolah perlu dukungan berkelanjutan agar terbentuk karakter positif dan
visi impian mewujudkan siswa dengan profil pelajar Pancasila tercapai.
Dokumentasi Kegiatan Desiminasi Rekan Sejawat
Menjadi Cahaya Kecil
Menjadi Cahaya Kecil Membakar Diri Demi Menerangi Generasi Oleh: [Agus Panca Sulistyono, Pembina Pramuka dan Pendidik Karakter] “Pendidikan ...
-
Sistem Pelumasan pada kendaraan merupakan sistem yang penting dalam kendaraan karena sistem ini di gunakan untuk melumasi komponen kerja mes...
-
berikut adalah general informasi untuk pembelajaran siswa kelas x terkait dengan informasi kendaraan isuzu. materi izuzu panter tbr54
-
Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi Agus Panca Sulistyono CGP Angkatan 7 Kab. Purworejo SMK N 8 Purworejo ...